Kasih sayang seorang ayah tidak akan luntur dimakan usia, ia memiliki semangat yang sangat luar biasa demi bisa mewujudkan Impian ke 11 anaknya, agar kelak anaknya bisa menjalani hidup lebih baik.

Bakap Saden (57) mencari nafkah dari menyadap aren setiap hari dari pagi hingga sore hari. Ia mampu menyadap 2 lodong (ruas bambu) dengan menghasilan 3 kepala gula aren, dan dijual dengan harga Rp 5000 perkepala, sehingga penghasilannya per-hari hanya sebesar Rp 15.000.

Untuk sekedar makan sehari-hari Pak Saden beserta istri dan anaknya seringkali makan hanya dengan kuah garam dan sambal saja. Tak jarang juga makanan yang diolah hanya sekedar tahu dengan air kuah yang banyak agar ke 11 anaknya bisa mendapatkan porsi makan.

Image removed.

"Saya Suka sedih kalau pas melihat anak-anak makan hanya berkuah garam atau Cuma sambal", kata Pak Saden.

Sebenarnya, pak Saden memiliki 15 orang anak. Namun, anak pertamanya meninggal dunia. Anak keduanya bekerja di Kalimantan. Sedangkan anak ke 3 dan 4 mengenyam pendidikan di pesantren bebas biaya. Anak ke 5 putus sekolah, anak ke 6,7dan 8 masih menempuh pendidikan sekolah dasar, anak ke 9 bersekolah TK, sedangkan anak ke 10,11,12,13,14,15 belum bersekolah.

Dalam Ramadhan kali ini, tidak hanya Pak Saden dan keluarganya ingin memiliki kesempatan dan rezeki untuk berbuka puasa dengan nyaman dan berkecukupan, namun yatim, dhuafa dan semua umat muslim ingin merasakan nikmatnya berbuka puasa.

Pada bulan sunci Ramadhan Allah SWT melipatgandakan pahala kebaikan seorang mukmin yang bersedekah dengan memberi makanan berbuka puasa.

“Siapa yang meberik makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun juga.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Mari maksimalkan momentum bulan suci Ramadhan dengan kebaikan memberi makan berbuka puasa.

Kategori program
Keagamaan
Perusahaan Grup Astra
Yayasan Amaliah Astra

Kabar terbaru